Menyusuri Kekayaan Alam Sungai Kanibungan di Utara Bontang


Masih Terkendala Izin untuk Membawa Wisatawan




FAREZZA AFIA/KP
POTENSI: Menyusuri Sungai Kanibungan di Kelurahan Guntung bisa menjadi salah satu pilihan wisata yang menjanjikan.   


Bontang sejatinya sebuah kota yang beorientasi ke industri. Namun, aset wisatanya tidak kalah menakjubkan. Senin (11/5) lalu, harian ini diajak untuk menelusuri sebuah sungai di kelurahan Guntung yang menyimpan keindahan alam.

FAREZZA AFIA ROHMATUL FIRDAUS, Bontang

Kota Taman memiliki luas daratan yang sempit dibandingkan dengan luas perairannya. Dari 497,58 kilometer persegi luas wilayahnya, sekira 70,3 persen merupakan perairan. 

Terdapat 17 wisata di Kota Taman. Mayoritas berhubungan dengan rekreasi pantai. Dengan Pulau Beras Basah menjadi yang terkenal seantero Benua Etam. Tapi ada yang terlupakan. Yakni Sungai Kanibungan. Sayang, hingga kini lokasi ini belum masuk ke dalam rujukan wisata alam. 

Yang memperkenalkan lokasi ini adalah Ketua Adat Kutai Bontang Ismail Abdullah. Senin (11/5) lalu, dia menjadi pemandu wisata. Mengajak awak Kaltim Post dan rombongan lain dalam perjalanan yang disebut-sebut bakal memiliki kesan mendalam.

Sekira pukul 17.30 Wita awak media bersiap diri. Kata Ismail, Sungai  Kanibungan pernah dicanangkan untuk menjadi tempat pariwisata. Namun, hingga kini pihaknya belum mendapatkan izin untuk membawa turis atau wisatawan yang aktivitasnya adalah perjalanan susur sungai. 

Jalur Sungai Kanibungan terletak di Kelurahan Guntung, Bontang Utara. Menjadi salah satu lintasan terdekat warga yang tinggal di Pulau Gusung. “Biasanya mereka cari air dan bahan pokok makanan ke Guntung," kata Ismail.

Untuk mencapai kawasan ini, awalnya awak media berangkat dari Pelabuhan Guntung. Ditempuh sekira 30 menit menggunakan kendaraan bermotor dari Bontang Kota. Mendekati pelabuhan, keramaian warga menyambut. Rupanya ada pasar dadakan saat Ramadan yang dibuka masyarakat Guntung di Jalan Tari Jepen.

Untuk menuju dermaga, terpaksa harus dilakukan dengan berjalan kaki sepanjang 1 kilometer melalui Jalan Gitar. Hanya bisa untuk sepeda motor, lebar jalan tak memungkinkan untuk dilintasi kendaraan roda empat.

Susur sungai dilakukan dengan kapal ketinting sepanjang 6 meter. Di awal perjalanan, mata disuguhkan dengan cerobong asap yang menjulang tinggi dari empat pabrik yang berada di dekat Kelurahan Guntung.

“Itu udah dibeli dari warga. Informasinya mau dibangun untuk perluasan pabrik pupuk,” kata Ismail sambil menunjuk sebuah bidang tanah kosong. 

Selepas itu pemandangan mangrove tersaji. Dirimbunnya hutan bakau Sungai Kanibungan, Ismail menyebut masih banyak terdapat satwa liar. Seperti buaya dan monyet. 

“Biasa kalau air laut pasang, buaya sering memasuki permukiman. Soalnya kadang ada warga yang memberi mereka makan,” ujarnya.  

Suara binatang dan mesin ketinting bercampur sepanjang menyusuri sungai. Tak terasa sudah 2 kilometer perjalanan dilakukan. Tidak lama, kumandang azan Magrib terdengar di salah satu ponsel. Tanda berbuka puasa.

"Sungguh seperti di surga," kata Ismail dengan suara lantang mengalahkan bunyi mesin ketinting.

Sinar matahari sudah bersembunyi di balik cakrawala, Ismail pun mengajak untuk kembali. Meski masih penasaran pemandangan di ujung sungai namun keselamatan lebih diutamakan. "Pencahayaannya kurang. Nanti lagi ditelusuri," katanya. (/rdh) (Terbit di Kaltim Post)

Komentar

Postingan Populer