Ekonomi Semakin Sulit Sejak Suami Sakit

Kisah Keluarga Hamdana yang Kerap Makan Nasi dengan Garam

Ekonomi Semakin Sulit Sejak Suami Sakit


FAREZZA AFIA/KP

PERLU ULURAN TANGAN: Aisyah anak bungsu Hamdana menerima bantuan dari pemkot setelah berita terpublik



Kesulitan ekonomi mendera pasangan Muhammad Riadi dan Hamdana. Bersama lima orang anak, mereka berjuang bertahan hidup di tengah kemiskinan. 


FAREZZA AFIA ROHMATUL FIRDAUS, Bontang


Malam telah larut saat Hamdana duduk di ruang tamunya. Air matanya membasahi pipi. Berselimut gelap, dia menangis dalam diam. Tak ingin membangunkan dua anaknya, Aisyah dan Sari yang baru saja tertidur. 


Si bungsu Aisyah usianya 1 tahun 4 bulan. Sedangkan Sari adalah anak keempat. Empat bulan lagi usianya genap 4 tahun. Mereka sebelumnya menangis. Lantaran perut yang belum diisi makanan sejak sore. 


“Saya tak bisa memberi mereka makan. Hanya bisa membujuk mereka agar tidur,” kata perempuan 32 tahun itu.


Hamdana menyebut tak punya uang lebih untuk memberi makan kedua anaknya yang kelaparan malam itu. Uang yang ada hanya cukup membeli beras di hari selanjutnya. 


“Mau beli lauk juga enggak sanggup. Jadi nasi biasa dimakan sama garam. Kalaupun makan telur atau daging ayam itu pemberian tetangga,” ucapnya.


Hamdana dinikahi Muhammad Riadi pada 2007 lalu. Mereka tinggal di sebuah rumah papan yang disewa Rp 300 ribu per bulan di Jalan Selat Lombok 2, Kelurahan Tanjung Laut, Bontang Selatan. Di rumah ukuran 6x6 meter itu, bahtera rumah tangga mereka dibangun hingga memiliki lima orang anak.


“Si sulung namanya Farid usianya 13 tahun. Kelas 5 SD. Anak kedua Siska. Usia 9 tahun kelas 2 SD dan ketiga Isro usia 8 tahun kelas 1 SD,” sebutnya.


Sejak menikah, pasangan ini memang hidup serba kekurangan. Hamdana menyebut, suaminya memang bekerja serabutan. Kadang menjadi buruh bangunan atau membersihkan kebun milik warga.


“Hari ini (16/4) dipanggil buat gali kubur,” kata Hamdana.


Ekonomi keluarga semakin sulit ketika penyakit Riadi kerap kambuh. Meski masih berusia 33 tahun, Hamdana menyebut suaminya menderita sakit pinggang hingga tak sanggup bekerja terlalu keras.  


“Sakitnya sudah lama sebelum kami menikah. Tapi setahun ini sering kambuh,” ujarnya.


Hamdana pun mencoba membantu. Dia biasa berkeliling mencari tanaman umbi-umbian. Mengambil daun mudanya dan menjualnya di pinggir jalan. “Apa pun bakal saya lakukan asalkan bisa makan. Yang penting halal," tutur Hamdana sambil menyeka keringat Sari yang bermanja di sampingnya.


Namun pendapatan keduanya tetaplah kurang. Uang sewa rumah pun tak bisa dibayarkan selama 10 bulan. Upah yang diterima suami dari pekerjaan yang jarang didapat hanya diprioritaskan untuk kebutuhan makan anak-anak mereka.


“Kalau dipanggil kerja dapat Rp 150-200 ribu. Tapi itu jarang sekali. Jadi enggak bisa menabung,” ujarnya mengusap air mata menggunakan kerudung coklatnya.


Selain makan, saat ini Hamdana bingung dengan nasib pendidikan tiga anaknya. Ketika pemerintah meliburkan kegiatan belajar mengajar di sekolah, Farid, Siska dan Isro tak bisa mendapatkan pelajaran dari rumah. Sarana penunjang seperti smartphone tak ada.


“Disuruh fotokopi buku juga enggak ada uangnya. Enggak tahu mereka bisa naik kelas atau tidak,” sebutnya.


Kalaupun belajar, hanya bisa dilakukan saat matahari masih bersinar. Karena sering, lampu di rumahnya padam. Bukan karena gangguan, namun memang tak sanggup membeli token listrik.  


“Kemarin sempat dua malam gelap-gelapan. Bersyukur Rabu (15/4) lalu ada yang bantu membelikan voucher listrik,” ucapnya. 

 

Hamdana menyebut keluarganya bisa bertahan hidup karena masih ada orang baik yang selama ini membantu. Baik datang dari tetangga atau  warga sekitar yang peduli. Dari pemerintah? Dia menyebut belum pernah.


“Pernah urus surat pernyataan tidak mampu dan melaporkan diri ke sekolah. Namun enggak ada apa-apa. Mungkin belum rezeki," ujarnya iklas.


Untungnya si sulung paham kondisi keluarga, Farid sering membantu dengan membantu bersih-bersih rumah dan memijit warga. Biasanya diberi imbalan Rp 30 ribu. Duit itu langsung diberikan ke Hamdana agar dibelikan beras dan sayur. 


"Kalau dia dapat uang. Langsung diberikan sama saya. Katanya biar saya yang kelola," katanya sambil menatap Farid dengan bangga. (rdh)\ Kaltim Post/Bontang Post

Komentar

Postingan Populer