Kopi shop penajam paser utara

Kopi Margono
Si camat itu sang penyeduh kopi

Siapa yang tak mengenal kopi. Tanaman yang dibawa negara Belanda ke Indonesia pada zaman penjajahan. Sejak dulu hingga kini, buah dari pohon kopi itu menjadi minuman favorit saat pagi hari sebelum kerja dan malam hari ketika beristirahat. Bahkan menjadi teman ketika berkumpul dengan teman-teman.

Sangat tidak sulit untuk mencari minuman bersejarah itu. Apa lagi  kini kopi shop sudah menjamur di berbagai daerah. Sejak kemunculan film filosofi kopi, kopi shop mulai beranjak naik daun.

Salah satu contohnya adalah kopi shop yang dibuka oleh salah seorang camat dari kabupaten Penajam Paser Utara. Pak Margono berangkat dari kesukaannya terhadap kopi dan ingin selalu menikmati kopi. Dia membuka kopi shop di akhir tahun 2015. Kopi Aseli adalah nama awal kopi shop yang ia bangun. Membuka kedai kopi di depan toko baju milik istrinya, ia mulai mengenalkan ke beberapa semua orang tentang kopi biji.

“Awalnya banyak yang bertanya, lalu saya buatin dan sekaligus mengajaknya untuk melihat pembuatan kopi dengan cara manual brewing” ungkapnya.

Di Penajam sendiri angkringan sangat menjamur, khusus  di daerah Petung. Banyak angkringan atau caffe yang menjual kopi. Akan tetapi, banyak dari mereka yang hanya menjual kopi instan (saset). Margono melihat itu sebagai peluang bisnis yang menjanjikan sekaligus mengedukasi tentang kopi.

Bisnis yang berangkat dari hobi itu kini ia tekuni dan menjadi tempat refreshing dari pekerjaannya “Banyak hal yang saya dapatkan, dari teman cerita, ide baru, bahkan sampai saya bisa jalan-jalan ke berbagai daerah untuk mencari green bean yang langsung di kirim oleh petani,” katanya.

Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi sudah pernah ia kunjungin. Bertemu dengan petani kopi dan beberapa tempat kopi shop yang menyediakam kopi bijian bukan sasetan.

Satu tempat kopi shop yang paling berkesan dan menjadi arah kiblatnya dalam menyebar luaskan pengetahuan tentang kopi yaitu klinik kopi Jogja. “Mas Pepeng banyak mengajari dan banyak memberi referensi tentang kopi shop”, ungkapnya.

Dan kini, kopi shop yang bernama kopi aseli itu berganti nama dan lokasi. Ia memberi nama kopi shopnya dengan namanya sendiri yaitu Kopi Margono. Ia menjelaskan bahwa nama itu sengaja digunakan karena banyak dari pelanggannya sering mengajak teman-teman dengan kata ajakan “ngopi neng lek margono cah”. Untuk lokasinya, tidak jauh dari lokasi awal. Hanya saja kini dia menyewa ruko agar mempermudah pelanggannya dan mempermudah Margono membuka dan menutup kopi shopnya. “Dulu kita ngopi di bawah langit dan bintang-bintang, kalau hujan ya udah saya tutup. Nah kalau sekarang Alhamdulillah bisa nikmati kopi tanpa harus khawatir hujan”, jelasnya.

Tidak hanya itu saja. Margono juga mempunyai petani kopi binaan di daerah Sepaku, masih dalam kab Penajam Paser Utara. Dengan niat jalan-jalan ia malah menemukan pohon kopi. Dengan rasa senang dan bahagia ia menemui sang pemilik dan akan membeli jika kopinya telah dipanen. Akan tetapi perjuangannya tidak sampai disitu. Sang pemilik tidak merawat pohon kopinya agar mendapatkan buah yang banyak. “Hasil buah kopi untuk dikonsumsi sendiri lo pak”, kata petani kopi pada Margono.

Margono yang sudah membekali dirinya dengan ilmu yang ia dapatkan ketika berkeliling daerah penghasil kopi, ia berinisiatif untuk mengajak bekerja sama dan memberi pelatihan mandiri untuk perawatan kopi. “Saya ajak mereka untuk merawat dan shearing ilmu, serta jika mendapatkan hasil yang banyak akan dia beli”, katanya.

Kini kopi robusta dari Sepaku itu sudah dapat di beli di kopi shop milik Margono. “Saya sangrai dan saya kemas bagus-bagus lalu saya jual. Tapi banyak juga yang saya taro di kedai. Soalnya banyak temen-temen yang suka”, tandasnya. (7/11)

Komentar

Postingan Populer